Featured Posts

<< >>

PEDAGOGIK SPIRITUALIS

  ”Everything has its beauty but not everyone sees it.“ Confucius   Kita semua adalah penakluk, dan inilah salah satu sifat dasar manusia yang mampu mengendalikan kehidupan alam semesta dengan titahNYA. Setiap kita adalah sang penakluk yang akan selalu berusaha setiap saat setiap waktu memulai sebuah perjalanan yang menghasilkan sesuatu yang baru tentunya awalnya adalah [...]

TENTARA BAYARAN VS MITRA KERJA MILITAN

Pada sebuah Negara yang kuat dan menjadi adikuasa, indicator utamanya adalah besaran jumlah pasukan yang di miliki dengan segalakapasitas senjata yang tercanggih besertanya. Sehingga banyak Negara lain rebut dan ketar ketir dengan kondisi si Negara adikuasa tersebut. Pada era pilpres bulan juli lalu juga kita semua melihat terjadi perang pasukan (tanda kutip ) antara pendukung [...]

Motivate like CEO

MEMOTIVASI LAYAKNYA CEO ( MOTIVATE LIKE A CEO / SUZANNE BATES ) Perpustakaan Sismadi Parto Kode Buku : 610.73 BAT m Edisi Bahasa Inggris     Eksekutif Summary Buku karangan Suzanne Bates ini lanjutan dari buku laris Bicara Layaknya CEO ( Speak Like A CEO ). Sebuah karya yang menurut saya sangat inspiratif bagi para [...]

Portfolio Perusahaan

Berikut ini adalah Testimoni beberapa Klien PT. Edcorpindo Jakarta yang merasakan kepuasannya atas pengelolaan yang telah kami lakukan. Akademi Kebidanan Sismadi Jakarta – www.akbidsismadi.ac.id         Terimakasih kepada PT. Edcorpindo Jakarta atas segala kontribusinya sehingga AKBID Sismadi Jakarta mampu merengkuh Akreditasi BAN-PT di level “B” Hj. Masyitha, SKM, MM. – Dir. AKBID Sismadi [...]

Hedonic Treadmil Theory

Hedonic Treadmill Theory is the supposed tendency of humans to quickly return to a relatively stable level of happiness despite major positive or negative events or life changes.[1] According to this theory, as a person makes more money, expectations and desires rise in tandem, which results in no permanent gain in happiness. Brickman and Campbell coined the term in their essay “Hedonic Relativism and Planning the Good Society” (1971)

Semakin majunya peradaban akan selalu membawa dampak positif dan negative dan kita semua harus mampu memilah dan memilih demi ketentraman, kehagaiaan dan kesejahteraan kita sendiri, keluarga kita, masyarakat kita bahkan negara kita. Setiap hari kita di sodori pilihan beraneka macam bentuk produk konsumerisme. Dari alat kebutuhan rumah tangga hingga elektronika. Dari kebutuhan tempat tinggal hingga kebutuhan ber plesiran.Berbagai bentuk iklan dan promosi bersliweran melalui radio, televisi, Koran majalah, internet, SMS, gossip dan berbagai brosur dari kita bangun tidur hingga akan berangkat tidur pun tetap bersliweran di muka kita. Bahkan ada teman saya yang sudah tidur pun masih beriklan menawarkan produknya. Saking begitu latahnya sampai kebawa tidur cuap-cuap promosinya. Memang begitu dahsyat…..nya ( kata TDW kalo lagi promo materi pelatihan atau bukunya) materi iklan dewasa ini.

Kembali pada judul diatas bahwa semakin banyaknya produk yang ada membuat kita semakin sulit memilih, terkadang kita bingun mau membeli yang mana..? kalau ada lebih beli dua macam…, kalau ada uang banyak beli sampai lima macam produk…..

Nah…dari sinilah judul diatas akan kita kembangkan.., dulu sewaktu pendapatan kita lima ratus ribu kita dapat membeli produk sesuai dengan kebutuhan kita. Pendapatan kita berubah dua kali lipat menjadi satu juta, produk yang kita beli menjadi tiga kali lipat jumlahnya. Demikian pula bila halnya dengan kondisi kita perubahan yang semakin cepat terkadang kita tidak mampu membaca serta mengimbangi dengan berbagai cara jitu untuk tidak membuat kita terbelit dan masuk ke dalam rotasi yang menjemukan sebuah rotasi seperti mesin oleh raga treadmill yang sebenarnya hanya berjalan ditempat tapi membuat kita lelah dan capek karena tidak pernah sampai pada tujuan kita.

Kenaikan atau perubahan pendapatan tidak serta merta membuat kita dapat menikmatinya kadang kala bahkan membuat jerat baru bagi kita. Begitu banyak manusia terjebak dalam imaginasi kalau..kalau….maka lagu oppie andarista ..andai aku orang kaya …dulu sangat laku keras. Dulu banyak teman saya yang terjebak dengan kartu kredit, tahun 90-an yang lalu. Merasa masih single, kerja di perusahaan internasional mereka sangat menikmatinya apalagi industry pada saat itu lagi booming, sehingga semakin lupa sudah berapa kali menggesek kartu kreditnya di kasir restaurant, toko spare-part atau di mall. Bahkan berita terbaru bagaimana sampai seseorang meninggak dunia terbelit kartu kridit. Inilah bahaya dari hedonic treadmill theory.

Value yang dibangun di Sismadigroup sebenarnya bisa menjadi nilai kita dalam menjalani dan mengatisipasi perkembangan saat ini. Tentram Bahagia dan Sejahtera akan menjadi semacam mantra yang ampuh agar kita tidak terjerat dalam hedonic treadmill theory ini. Dengan kemampuan hati kita dalam membentengi diri dengan rasa tentram, rasa bahagia dan sejahtera maka ada hal lain yang mampu kita semua kontribusikan kepada lingkungan kita. Karena kita tidak terjerat dalam hedonic treadmill theory. Alam nan faseh dalam menangkap tanda-tanda keduniaan akan selalu memberi sinyal pada kita untuk terus berkarya, bertindak bagi keselarasannya. Semoga lalam selalu bersama kita mendukung kita, mestakung demikian sering di sampaikan Prof Johanes Surya.

Sebagai penutup perlu kami nukilkan sebait syair dari pujangga zaman dulu ;

Bait yang ke 142 dari Syair Jongko Joyoboyo.
pancen wolak-waliking jaman / sungguh zaman gonjang-ganjing
amenangi jaman edan /  menyaksikan zaman gila
ora edan ora kumanan  / tidak ikut gila tidak dapat bagian
sing waras padha nggagas  / yang sehat pada olah pikir
wong tani padha ditaleni / para petani dibelenggu
wong dora padha ura-ura / para pembohong bersuka ria
beja-bejane sing lali, /  beruntunglah bagi yang lupa,

Tapi……………………..
isih beja kang eling lan waspadha  / masih beruntung yang ingat dan waspada
wassalam

Fear Factor

Dalam perjalanan hidup ini ada dan ditakdirkan bahwa kita semua memiliki rasa takut, entah takut mati mendadak, takut kehilangan harta benda, takut tidak punya atau hilang jabatan, takut kehilangan yang dikasihi baik anak atau istri, takut kehilangan anggota badan kita atau sakit, dan masih banyak rasa takut lain yang membelenggu kita. Ketidaknyamanan yang sering kita alami membuat kita menjadi takut kehilangan, makanya ketika perubahan datang maka akan dipastikan banyak orang yang lebih bersikap menolak atau minimal wait and see. Memang itulah rasa yang alamiah yang di miliki setiap insan di dunia ini. Karena semua orang siapa sih yang mau susah, siapa sih orang yang mau repot setelah menikmati kenyamanan setiap harinya….?

Ada sebuah cerita dimana sebagian orang yang menganggap ketakutan sebagai ancaman bagi dirinya, sehingga dia akan bersusah payah untuk menyingkirkan, menyiapkan strategi dan bermacam cara agar dia bertahan. Makanya banyak pejabat yang tidak mau mundur karena itu bukan solusi terbaik katanya kayak kisruh di persepakbolaan nasional kita, ada lagi yang melakukan segala cara agar terus awet muda misalnya penyanyi dengan julukan king of the pop dunia, ada yang kerja siang malam agar tidak susah hidupnya. Dan masih banyak lagi yang menganggap ketakutan sebagai ancaman hidupnya.

Sebaliknya ada yang menganggap ketakutan adalah bagian dari hidup yang harus di jalani di hadapi dengan teteg, teguh dan ulet dengan demikian akan mendapatkan hikmah yang baik dalam hidup dan kehidupan kita. Inspirasi dari acara live fear factor di televise contohnya. Peserta fear factor di uji nyalinya untuk menghadapi ketakutan yang dimana peserta yang kuat menghadapi ketakutan akan mendapat hadiah $ 50.000 US.disitu jelas tergambar yang gamang dengan ketakutan dia akan tersingkir dan yang tegas mengelola ketakutannya dia menjadi pemenangnya.

Dengan kita memanage ketakutan yang wajar di diri kita masing-masing maka akan menghasilkan energy positif yang baik dalam andrenalin kita. Kalau kita mampu mengelola rasa takut dalam diri kita secara tegas, melalui banyak cara misalnya melakukan repetitive magic words, kalau di kalangan umat muslim dengan berdzikir melalui asmaul husna maka akan terkelola secara tegas. Ketakutan itu akan berubah menjadi kenikmatan setiap harinya. Bukan pada ketakutan yang membuat menjadi stress, yang merugikan diri sendiri. Apabila kenikmatan itu bisa kita raih maka kebahagian akan menghampiri tiap insan yang siap mengelola ketakutan secara tegas.

Kebahagiaan tidak datang dari luar,kalau kita mau bahagia maka kita harus selalu memiliki ketegasan untuk bahagia. Karena bahagia itu tumbuh di dalam hati kita semua, yang tumbuh dan menjadi bibit dari rasa syukur kita sehari-hari dan kelak akan berkembang dan berdaun rimbun serta berbuah nan lebat. Karena sekali lagi ketegasan untuk memilih kebaikan sebagai jalan hidup adalah ketegasan kita dalam mengelola rasa takut.

Menjadikan dunia baru bagi kita semua dengan ketegasan kita dalam mengelola ketakutan seperti di Fear Factor acara live show di televise. Dengan demikian mudah-mudahan banyak dari sahabat kita mau dan menerima setiap ketakutan dan tegas mengelolanya. Sehingga kita akan menjadi manusia baru yang tetap memiliki rasa takut,….sekali lagi kita akan tetap menjadi manusia yang memiliki rasa takut dengan maksud agar kita tidak sembrono, tidak gegabah atau meremehkan masalah dalam melangkah, akan tetapi kita semua akan menjadi manusia yang tetap, teteg, teguh dan ulet dalam menjalankan ketegasan kita terhadap beberapa keputusan yang kita buat dan terkadang juga yang membuat kita ketakutan setengah mati.

wasalam

Kacang dan Kulitnya..

Judul ini di latar belakangi penulis ketika asyik macet di toll jagorawi sambil makan kacang merk G…….. Ternyata kacang tersebut sudah tidak bersama kulitnya, tapi ada juga kacang merk G atau merk lain seperti D……..K……yang juga dijual dengan kulitnya. Tetapi yang membuat saya menjadi tersenyum sendiri adalah adalah pepatah jawa yang berbunyi “Kacang Ora Ninggalake Lanjaran”….kata istri saya yang orang sunda ……”pamali” ………..Tapi  saat ini oleh Produsen kacang  pameo tersebut di patahkan bahwa kacang juga laku dan laris di jual tanpa kulit/lanjaran………….. kalau kita mampu membuat/meraciknya dengan lezat maka seperti kacang bali kalo kita melancong ke bali pasti beli kacang bali yang dijual tidak dengan kulitnya…………..

Cerita diatas adalah sebuah gagasan dari sebuah inovasi, bahwa gagasan yang baik adalah gagasan yang tidak tersembunyi gagasan yang Nampak di depan mata kita, bahkan kadang dianggap oleh sebagian besar orang sebagai hal yang sepele. Padahal tugas kita manajemen seharusnya memperhatikan hal yang  nyata tapi tidak kasat mata tersebut untuk dapat segera di realisasikan menjadi ide nyata kemudian menjadi produk riil yang mampu dijual.

Dengan membuat PT pengelola usaha Sismadi Group pada saat saat ini sebenarnya sedang melakukan inovasi, menurut saya tentunya inovasi selalu ada resiko didalamnya. Langkah berikutnya tentunya adalah bagaimana mendorong PT pengelola ini untuk hidup berdampingan dengan resiko-resiko yang ada di dalamnya. Tentunya kekhawatirang akan ada kesalahan pasti ada di tiap diri kita akan tetapi dengan memahami dan menciptakan lingkungan yang selalu bersahabat dengan resiko akan juga memudahkan bagi kita semua tidak dengan cepat memencet tombol “panic button”. Karena keberhasilan adalah sisi lain dari sebuah kegagalan keduanya adalah dua mata keping logam yang di selimuti alam, barang siapa yang mampu bersinergi dengan alam maka sang bijak alam semesta akan mendukung ke sisi kanan dan sebaliknya bila kita tidak mampu bersinergi maka sang bijak memiliki system yang medorong ke sebelah kiri atau kegagalan.

Para innovator banyak di sekeliling kita, tapi hanya sedikit yang benar benar mampu menyerap dan bersinergis dengan alam. Jaman yang penuh dengan arus informasi membuat banyak orang yang cepat menimbunnya tapi ada juga ada yang cepat menyerap dan menyebarkannya. Bila kita terlalu banyak menimbun informasi tanpa menyebarkan karena ketakutan kita sendiri maka kita akan tidak mampu meraih keberhasilan dengan alam semesta. Begitu banyak pola pikir pada orang-orang kita yang menimbun informasi dengan alasan kalau di ketahui Kompetitor maka akan menjadi masalah. Ini adalah model persaingan yang sudah membabi buta. Padahal dengan pola saat ini ada istilah –Koopetisi– gabungan kerjasama dan kompetisi/persaingan adalah jaman dimana kita memperlihatkan kapasitas diri kita sebagai manusia yang hidup di jaman serba terbuka dan terus deras mengalir informasi baru yang seharusnya pula cepat diserap dan di jadikan gagasan baru untuk usaha kita agar terus lestari dan berkembang.

Sekali lagi menurut saya bahwa inovasi pasti berhubungan dengan resiko-resiko, seorang manager yang memiliki keberanian untuk  mengambil resiko adalah sebenarnya kalau ditanya mereka juga sedang menghadapi kekhawatiran akan sebuah ketakutan yang besar akan kegagalan. Akan tetapi mereka para manager yang berani ambil resiko itu mampu mengelola rasa takutnya menjadi suatu energy yang mengalahkan sensasi gelora negative. Kata Vince Lombardi—-” kalau Kamu tidak mampu menerima kegagalan maka kamu tidak akan bisa mencapai keberhasilan”—-wasalam