”Everything has its beauty but not everyone sees it.“ Confucius
Kita semua adalah penakluk, dan inilah salah satu sifat dasar manusia yang mampu mengendalikan kehidupan alam semesta dengan titahNYA. Setiap kita adalah sang penakluk yang akan selalu berusaha setiap saat setiap waktu memulai sebuah perjalanan yang menghasilkan sesuatu yang baru tentunya awalnya adalah sesuatu yang bermanfaat bagi suatu hal tertentu. Seiring itu maka tumbuhlah sekolah dan lembaga pendidikan formal maupun non formal itu adalah sebuah evolusi yang sangat panjang seiring perkembangan interaksi manusia dan dunia.
Setiap perjalanan yang panjang dalam sebuah evolusi sering ada yang tinggalkan dan sering pula ada yang kebawa. bagi mereka yang mampu cepat menangkap sinyal sinyal semesta yang selembut angina timur membelai dan mengingatkan bagi kita untuk segera memulai sebuah perjalanan penaklukan yang baru yang menantang dalam kebermanfaatan. Dengan memasuki pintu pintu sekolah yang ada di mana saja, bagi yang memahami sebuah sekolah kehidupan maka akan meneruskan dan mencari percikan air pemahaman baru bagi kegembiraan sebuah perjalanan dan kematangan jiwa bagi jiwa yang lain.
Dengan penaklukan yang tersistem maka munculah para pencerah pencerah yang bertumbuh untuk menaklukan jiwa jiwa baru yang juga akan bertumbuh untuk menjadi pencerah baru bagi generasi selanjutnya.
Sang pencerah bagi mereka yang telah tercerahkan. Label tersebut sebenarnya sebuah pengakuan khalayak bukan pemberian. Sehingga dalam prosesnya nanti sang pencerah akan memulai dari dalam jiwa sendiri dalam menaklukan jiwa yang lain. Sang pencerah akan melanjutkan ke sekeliling dan seterusnya. Untuk itu sang pencerah yang sekarang menjadi guru guru di sekolah adalah pemupuk tanaman yang akan berbuah dan berbunga untuk kehidupan masa depan. Maka guru akan menaklukan muridnya dengan pemahaman baru dalam luasnya samudra pengetahuan.
Guru akan bermetaforsa bersama muridnya menjadi kita, menjadi sebuah irama nan indah yang mengalun menyatu sehingga menimbulkan keindahan suara yang menyejukkan telinga yang haus dan rindu ke-cahaya-an ilahiyah. Waktu yang terus berlalu dan bertumbuhlah semaian baru dari generasi sebelumnya, pohon telah bertumbuh dan berbuah, bunga telah berkembang. Semua adalah masa panen yang menyenangkan bagi mereka yang mampu menanam semaian pohon yang menghasilkan buah dan bunga nan segar, indah dan ranum. Akan tetapi di sisi lain juga membawa kesengsaraan bila yang dipanen adalah buah dan bunga yang kering. Layu dan masam rasanya.
Kata, ucapan dan tindakan guru di sekolah sekolah adalah sebuah mantra mantra yang bisa menghinoptis siswa siswa yang mengharapkan curahan curahan laksana tempayan kosong yang akan di penuhi sejuknya air.
Dalam era saat ini juga masih sama tetapi perlu juga diijaga agar mantra itu tidak hanya menghinoptis murid di lingkungan formal sekolah, Tetapi juga mampu menghipnotis keluarga, lingkungan dan masyarakat semesta yang selalu mengharap dan menunggu sentuhan kedamaian para guru. Bahwa guru sejatinya bukan hanya semata profesi ketika dia mengajar di depan kelas atau paling banter di lingkungan sekolah tetapi lebih dari itu. Dia juga mampu menjadi guru di keluarga, lingkungan dan masyarakat semesta. Yang menjadi dilema besar saat ini adalah ketika guru tidak mampu eksis menghinoptis siswa di sekolahnya dan tiada kontribusi pencerahan di lingkungan serta keluarganya. Guru seolah asing dengan lingkungannya, aneh rasanya tetapi itu ada di jaman sekarang ini.
Mengembalikan kejayaan guru bukan suatu yang mudah tetapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin. Bagi mereka yang merasa sudah berkewajiban membagi wawasan dan pengetahuan sejatinya guru yang tiada pernah terucap dalam kata. Bagi mereka yang telah selesai dengan dirinya sendiri, telah selesai tentang pandanganya terhadap gerak dunia dan semesta ini, maka dia sudah mampu menjadi guru yang jaya.
Bagi kita semua khalayak yang suka berbagi segala dan sudah merasa selesai dengan semua yang terkait dengan semesta seisinya maka kita khalayak adalah guru sejatinya. Bagi mereka yang belum menyelesaikan tugasnya, maka bersegeralah mengurus agar menjadi bagian butir butir embun kebeningan dari sebuah makna idaman guru sejatinya.